Mengenai Saya

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
facebook : http://www.facebook.com/kikipuspita

Jumat, 09 September 2011

about anemia

Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek (Ἀναιμία) yang membawa pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah (RBC) dan/atau hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu, dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen untuk hidup, tingkatan-tingkatan anemia yang berbeza-beza menimbulkan pelbagai masalah. Hemoglobin (protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan.
Tiga kelas anemia yang utama termasuk:
  1. kehilangan darah akut (mendadak) yang berketerlaluan (genting seperti dalam kes pendarahan akibat kecelakaan, atau kronik (melalui kehilangan darah isi padu rendah dalam jangka masa lama);
  2. pemusnahan sel darah yang berterlaluan (hemolisis); dan
  3. pengeluaran/penghasilan sel darah merah yang kurang (hematopoiesis yang tidak berkesan).
Bagi wanita-wanita yang datang haid, kekurangan ferum dalam diet merupakan satu sebab yang umum untuk kekurangan pengeluaran sel darah merah.
Anemia merupakan gangguan darah yang paling biasa. Terdapat berbagai-bagai sebab yang mendasari anemia. Anemia boleh digolongkan melalui berbagai-bagai cara, berdasarkan morfologi atau bentuk sel darah merah, mekanisme etiologi, dan simptom klinikal yang boleh dikesan, antara lain.
Adanya dua pendekatan utama untuk mengelaskan anemia, iaitu pendekatan "kinetik" yang melibatkan penilaian pengeluaran, pemusnahan, dan kehilangan sel darah merah, [1] serta pendekatan "morfologi" yang mengelaskan anemia mengikut saiz sel darah merah. Pendekatan morfologi mempergunakan satu ujian makmal yang murah dan mudah didapati (min isi padu korpuskel, MCV) sebagai titik permulaannya. Sebaliknya, menumpukan perhatian pada persoalan pengeluaran pada peringkat awal membenarkan seseorang doktor untuk mendedahkan kes-kes anemia yang diakibatkan oleh berbilang sebab dengan lebih cepat.

Atasi Anemia Sebelum Kepayahan Jantung



Jakarta, Kompas - Rasa mudah lelah, lemah, letih, lunglai, lalai, dan mata berkunang- kunang, yang selama ini dikenal sebagai gejala-gejala kurang darah (anemia), bila tak segera diatasi berpotensi menimbulkan kepayahan jantung, bahkan menyebabkan serangan jantung. Pasalnya, dalam kondisi hemoglobin (Hb) sebagai pengangkut oksigen dalam darah berjumlah di bawah batas normal, jantung dipaksa bekerja ekstra keras memompa darah untuk menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Salah satu gejalanya dada terasa berdebar-debar.
"Kalau terus dipaksa begitu, lama-lama jantung akan kepayahan dan membengkak. Serangan jantung juga menjadi risiko berikutnya yang mungkin terjadi," kata Konsultan Hematologi Onkologi Medik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)/FKUI Dr Syafrizal Syafei Sp PD dalam kampanye anti-anemia di Jakarta, Rabu (7/7).
Seseorang dengan keluhan kurang darah karena kekurangan zat besi, dapat mencari jalan keluar dengan mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi atau tablet tambah darah. Makanan yang dianjurkan di antaranya bayam, kacang-kacangan, daun katuk, daging ayam, hati, limpa, ikan, kuning telur, dan roti-gandum.
Sementara suplemen oral zat besi bisa diberikan dalam bentuk ferrous sulfat, ferrous glukonat, ferrous fumarat, dan ferrous suksinat. "Ibu hamil dan pekerja sebaiknya memenuhinya," kata dokter yang juga bertugas di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) itu.
Pekerja yang disarankan terus memantau keadaan darahnya di antaranya pengemudi/sopir, pilot pesawat komersial, maupun pekerja bangunan proyek. Selain itu, tentu saja pada ibu hamil dan menyusui.
Pada ibu hamil
Kekurangan darah pada ibu hamil harus segera diatasi dengan meminum tablet tambah darah. Pada saat itu, kebutuhan darah ibu lebih besar karena bayi membutuhkan untuk proses pembentukan darah dalam tubuhnya.
Kecukupan darah juga disiapkan sebagai persiapan proses melahirkan supaya tidak terjadi kepayahan jantung, yang bisa berakibat fatal.
Menurut data survei tahun 2000, didapati satu dari dua penduduk Indonesia menderita kekurangan darah. Prevalensi pada ibu hamil mencapai 50 persen, ibu menyusui 45 persen, dan remaja putri mencapai 57 persen. Data ini menguatkan bahwa kekurangan darah banyak diderita kaum perempuan dibandingkan laki-laki. Pada remaja putri, salah satunya karena faktor menstruasi.
Secara umum, dalam keadaan normal seseorang dengan kadar Hb berjumlah di bawah 6-7 miligram/desiliter (mg/dL), hanya sanggup menjalankan aktivitas ringan di dalam rumah. (GSA)

MENGATASI PENYEBAB ANEMIA KURANG GIZI


Selain gejala "4 L", ada anemia yang memiliki tanda-tanda aneh dan tidak normal. Anemia Pica namanya, menyebabkan penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah, kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Itu hanya salah satu dari beberapa jenis anemia kekurangan gizi yang akan dibeberkan penyebab maupun cara penanggulangannya berikut ini.
Istilah anemia langsung mengingatkan kita pada penyakit lesu darah, yang tidak lain adalah menurunnya jumlah dan mutu sel darah di dalam tubuh. Seperti diketahui, sel darah terdiri atas sel darah merah (hematokrit), hemoglobin, ferritin, serum besi, dan lainnya.
Fungsi sel darah merah itu penting mengingat tugasnya antara lain sebagai sarana transportasi zat gizi, dan terutama juga oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis dan biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Terkena anemia berarti, selain pasokan oksigen ke seluruh tubuh jadi berkurang, berbagai akibat fisiologis dan psikologis juga akan muncul.
Akibat anemia gizi antara lain tampak pada tubuh yang sering mengalami gejala "4 L": letih, lemah, lesu, dan loyo. Di samping itu muka tampak pucat, kehilangan selera makan, apatis, sering pusing, sulit berkonsentrasi, serta mudah terserang penyakit.
Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan masalah gizi utama dan terus diperbaiki secara berkelanjutan. Data terakhir menunjukkan, prevalensi anemia gizi besi masih tinggi (Kodiyat, 1995): ibu hamil (63,5%), balita (55,5%), anak usia sekolah (20 -40%), wanita dewasa (30 - 40%), pekerja berpenghasilan rendah (30 - 40%), dan pria dewasa (20 - 30%).
Selain gejala anemia yang tampak dan dirasakan, untuk mengetahui lebih teliti perlu dilakukan tes darah di laboratorium. Beberapa indikator yang lazim digunakan untuk itu adalah kadar serum ferritin (SF), transferin saturation (TS), free erytrocytes protophorphyrin (FEP), dan kadar hemoglobin (Hb).
Standar anemia masing-masing indikator adalah sebagai berikut: kadar Hb laki-laki 13 g/dl dan wanita di bawah 12 g/dl. Indikator yang berlaku untuk kedua jenis kelamin: kadar serum ferritin di bawah 12 mcg/l, kadar TS kurang dari 16%, dan kadar FEP di atas 100 mcg/dl sel darah merah. Dari pengalaman di lapangan, kadar Hb dapat dijadikan indikator representatif untuk kegiatan intervensi penanggulangan anemia gizi.
Kerusakan sel darah merah
Anemia bisa terjadi akibat keadaan-keadaan seperti kehilangan darah karena luka berat, tindakan pembedahan, kecelakaan, menstruasi, melahirkan, dan terlalu sering menjadi donor darah.
Namun, anemia juga bisa karena kerusakan sel darah merah akibat kurang gizi, adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genesis), penyakit Hodgkin atau kanker pada organ penyimpanan serta pembentukan darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang.
Menurunnya jumlah sel darah merah bisa juga akibat zat gizi besi digunakan untuk kepentingan lain (di luar untuk pembuatan sel darah merah). Misalnya, akibat kekurangan asam lambung, penyakit pada sumsum tulang, kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan atau memproduksi sel-sel darah merah seperti asam folat, vitamin B12, dan lainnya. Anemia juga bisa disebabkan oleh menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah.
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan nongizi. Anemia gizi adalah keadaan kurang darah akibat kekurangan zat gizi yang diperlukan dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sedangkan anemia nongizi akibat pendarahan seperti luka akibat kecelakaan, mensturasi, atau penyakit darah yang bersifat genesis seperti thalasemia, hemofilia, dan lainnya.
Anemia gizi itu sendiri ada beberapa macam:
  • Anemia gizi besi: karena zat gizi besi (Fe) merupakan inti molekul hemoglobin yang merupakan unsur utama dalam sel darah merah, maka kekurangan pasokan zat gizi besi menyebabkan menurunnya produksi hemoglobin. Akibatnya, terjadi pengecilan ukuran (microcytic), rendahnya kandungan hemoglobin (hypochromic), serta berkurangnya jumlah sel darah merah. Penderita mengalami gejala umum berupa "4 L" itu tadi disertai pucat, kesemutan, mata berkunang-kunang, jantung berdegup kencang, dan kurang bergairah. Untuk mengatasinya secara oral atau suntikan bisa diberikan suplemen zat gizi besi dengan dosis 60 - 180 mg/hari sampai keadaan normal. Untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi bisa dilakukan dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan.

  • Amenia gizi vitamin E: mengakibatkan integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis (pecahnya sel darah merah). Soalnya, vitamin E adalah faktor esensial bagi integritas sel darah merah.
  • Anemia gizi asam folat: disebut juga anemia magaloblastik atau makrositik; dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya ialah kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum tulang. Penanganan gizinya dilakukan dengan tes laboratorium adanya B12 dalam darah untuk membedakannya dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1 - 1,0 mg/hari. Bila terjadi malabsorbsi, asam folat itu dapat disuntikkan dengan dosis 0,01 mg/hari. Tentunya hal ini perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli gizi.

  • Anemia gizi vitamin B12: disebut juga pernicious, keadaan dan gejalanya mirip dengan anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf berubah. Dikhawatirkan, penderita akan mengalami gangguan kejiwaan. Penanganan gizinya diawali dengan tes darah untuk mengetahui spesifikasi kekurangan zat gizinya. Kekurangan vitamin B12 dapat diatasi dengan pemberian secara oral atau suntikan dengan dosis sekitar 100 mcg/hari, sesuai anjuran dokter gizi.

  • Anemia gizi vitamin B6: anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi besi, namun bila darahnya dites secara laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan) hemoglobin. Penanganan gizinya dengan memberikan suplemen vitamin B6 secara oral dengan dosis 50 - 200 mg/hari atau sesuai anjuran dokter gizi.

  • Anemia Pica: tanda-tanda anemia Pica aneh dan tidak normal. Penderita memiliki selera makan yang tidak lazim, seperti makan tanah, kotoran, adonan semen, serpihan cat, atau minum minyak tanah. Tentu saja perilaku makan ini akan memperburuk penyerapan zat gizi besi oleh tubuh. Untuk mengatasinya dilakukan penanganan gizi seperti pada anemia gizi besi yaitu dengan memberikan suplemen besi (Fe) dengan dosis 60 - 180 mg/hari sesuai anjuran dokter gizi. Selain itu pihak keluarganya harus mengawasi dan mencegah penderita untuk tidak melakukan kebiasaan makan benda-benda yang aneh-aneh itu.
Dipasok setiap hari
Beberapa zat gizi memang sangat berperan dan diperlukan dalam pembentukan dan produksi sel darah merah.
Zat gizi besi (Fe) merupakan kelompok mineral yang diperlukan, sebagai inti dari hemoglobin, unsur utama sel darah merah. Sedangkan tembaga (Cu) sebagai bagian enzim untuk membentuk zat besi ferri agar dapat masuk dalam sel darah.
Dari kelompok vitamin, vitamin C digunakan untuk mereduksi besi menjadi bentuk ferrous agar mudah diserap tubuh. Vitamin B6 sebagai kofaktor dalam pembentukan hemoglobin. Sedangkan vitamin B12 dan asam folat diperlukan sebagai bagian pengendali dalam proses pertumbuhan atau perbanyakan serta pematangan sel darah merah. Vitamin E diperlukan untuk mempertahankan integritas dinding sel darah. Sedangkan protein diperlukan sebagai bahan dasar hemoglobin dan sel darah merah.
Zat-zat gizi itu hendaknya kita pasok setiap hari dalam jumlah yang sesuai dengan keperluannya. Rata-rata kecukupan yang dianjurkan per hari untuk masing-masing zat gizi ini adalah protein 12 - 62 g, vitamin B6 1,5 - 2,5 mg, vitamin B12 sekitar 0,3 - 2,6 mcg, asam folat kurang lebih 25 - 200 mcg. Untuk vitamin C diperlukan sekitar 30 - 60 mg dan vitamin E kurang lebih 3 - 13 mg (alfa tokoferol). Sedangkan dari kelompok mineral, zat gizi besi (Fe) dianjurkan sekitar 3 - 30 mg dan tembaga (Cu) sekitar 0,4 - 3,0 mg.
Seluruh keperluan zat gizi itu diutamakan berasal dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran hijau dan buah-buahan, serta tahu dan tempe atau hasil olahannya. Dalam keadaan tertentu bisa ditambah dengan minum zat gizi, sesuai anjuran dokter.
Hendaknya sehari-hari kita selalu memperhatikan susunan menu berdasarkan ketentuan gizi seimbang. Atau paling tidak memenuhi kriteria gizi "empat sehat lima sempurna." (Mohamad Harli, sarjana gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga, alumnus IPB)

PERKENALAN TENTANG ANEMIA

.
Yang disebut anemia pada umumnya adalah gejala berkurangnya kadar eritrosit atau sel darah merah dan hemokrom dalam darah. Gejala yang termanifestasi pada penderita ialah pucat di bagian muka, daun telinga, selaput lendir bibir dan selaput mata. Penyebab anemia sebagai berikut.
Pertama, anemia defisiensi besi. Ini disebabkan kekurangan zat besi yang merupakan bahan pembuat darah, dan mengakibatkan menurunnya pembentukan sel darah.
Kedua, fungsi organ pembuat darah mengalami gangguan, dan tidak dapat memproduksi cukup sel darah yang dibutuhkan tubuh.
Ketiga, kehilangan darah yang berlarut-larut dalam tubuh walaupun dalam jumlah tidak banyak, misalnya tumor dalam saluran usus, bawasir dan tukak, lama ke lamaan dapat memicu anemia.
Ke-empat, bertambah cepatnya perusakan sel darah, misalnya anemia hemolisis. Selain sebab-sebab tersebut tadi, ada satu jenis anemia yang mempunyai sebab khusus, yaitu anemia yang diakibatkan penyakit ginjal, di antaranya prostasi fungsi ginjal dan uremia.
Jangan sembarangan mensubsidi zat besi kepada orang lanjut usia yang terserang anemia.
Sebab orang lanjut usia mengidap anemia selain tubuhnya kekurangan zat besi, juga dapat karena beberapa sebab sebagai berikut.
Pertama, menurunnya fungsi pembuatan darah. Seiring dengan bertambahnya usia, organ pembuat darah dalam sumsum tulang berangsur-angsur digantikan dengan jaringan lemak dan jaring penyambung.
Kedua, dampak berbagai penyakit. Stadium menengah dan akhir penyakit kanker, penyakit ginjal kronis, reumatik atau penyakit persendian, leukemia atau kanker darah, tumor sumsum tulang yang kerap timbul, tukak pencernaan dan kanker usus besar, kesemua itu dapat memicu anemia.
Ketiga, kekurangan asam lambung. Banyak orang lanjut usia sekresi asam lambung berkurang, atau mengkonsumsi preparat anti-asam, yang tidak menguntungkan bagi pembuangan non-hemokrom besi dan menghalangi penyerapan zat besi.
Ke-empat, tidak cukupnya penyerapan protein. Orang lanjut usia umumnya berdiet, sehingga penyerapan proteinnya kurang, ini akan mengakibatkan anemia.
Kelima, anemia orang lanjut usia juga berkaitan dengan menurunnya tingkan persenyawaan protein dalam tubuh, kurangnya penyerapan vitamin B 12, B6 serta asam daun dan nutrein lainnya, juga berkaitan dengan kebiasaan sering minum teh kental.
Banyak ilmuwan setelah mengadakan sejumlah besar penelitian mengenai hubungan zat besi dan dimensia lanjut usia dini berpendapat, akumulasi zat besi dapat memparah penyakit dimensia lanjut usia dini. Zat besi dalam kepekatan normal adalah diperlukan bagi pertumbuhan dan fungsi otak besar, tapi kalau terlalu banyak dapat mengakibatkan jenuhnya sistem pencadangan besi dalam tubuh, dan akan merusak tubuh.
Oleh karena itu, orang lanjut usia yang menderita anemia, pertama-tama harus mengetahui jelas sebab-sebabnya, kemudian baru mengobati penyakitnya, dan tidak boleh hanya dengan mensubsidi zat besi semata-mata.
Selain itu, perlu menambah zat besi dari makanan yang kaya mengandung protein seperti produk susu, telur, ikan, daging tidak berlemak dan produk kacang. Selain itu, jeroan binatang dan bidar besar juga mengandung zat besi yang banyak. Dianjurkan banyak mengkonsumsi sayur mayur hijau seperti pocai, seledri, sawi dan tomat.
Bagi wanita setengah baya dan lanjut usia bila menemukan dirinya mengidap anemia, haruslah cepat-cepat periksa ke dokter untuk mengetahui apakah disebabkan oleh penyakit ginjal. Karena sebagian wanita berusia 40 tahun ke atas yang menderita anemia adalah disebabkan oleh penyakit ginjal, dan kebanyakan di antaranya ialah uremia, dan anemia sering menjadi sebab pertama bagi seseorang untuk pergi periksa ke dokter. Karena uremia termasuk penyakit berat di antara penyakit dalam, sering mengancam jiwa pasien, maka, adalah sangat penting untuk menemukan dan mengobatinya sedini mungkin. Maka, bagi wanita setengah baya atau lanjut usia yang mengidap anemia, sekali-kali jangan meremehkan kewaspadaan terhadap penyakit ginjal, agar tidak kasep mendiagnosa atau mendeteksinya.
Waspadai anemia sebagai akibat diet.
Pakar gizi memperingatkan, mengurangi berat badan dengan cara diet seperti menggantikan nasi dengan buah-buahan adalah tidak ilmiah. Karena walaupun buah-buahan mengandung banyak macam vitamin, tapi tidak kurang mengandung zat kalsium dan besi, sedangkan operasional normal tubuh memerlukan protein dan banyak materi lainnya. Menggantikan makanan pokok dengan buah-buahan dalam jangka panjang akan menyebabkan badan kekurangan zat yang diperlukan seperti zat besi dan kalsium serta protein dan mengakibatkan anemia. Kalau keadaan seperti itu berlarut lama, sangat mungkin akan memicu penyakit lainya. Maka, kalau hendak menurunkan berat badan dengan cara diet, perlu banyak mengkonsumsi padi-padian, ikan-ikanan, susu sapi yang relatif rendah kadar lemaknya, dalam rangka menjamin gizi yang diperlukan tubuh.
Penderita anemia perlu menambah vitamin C dan mengurangi minum teh.
Dewasa ini, anemia defisiensi besi tetap merupakan salah satu penyakit kekurangan gizi yang menghantui kesehatan, dan banyak ditemui pada kelompok wanita subur, lebih-lebih wanita hamil, bayi dan balita serta pemuda remaja. Karena permintaan mereka akan zat besi cukup banyak, dan zat besi yang diserap dari makanan sehari-hari tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiologi.
Dalam mencegah anemia defisiensi besi, selain perlu memperhatikan subsidi zat besi, juga perlu memperhatikan subsidi vitamin C. Zat besi dan vitamin C merupakan dua nutrien penting yang dibutuhkan tubuh, dan ambil bagian dalam banyak proses metabolisme penting dalam tubuh. Pada puluhan tahun lalu, dalam proses penelitian penyerapan zat besi publik menemukan bahwa vitamin C berperan mendorong penyerapan zat besi.
Penelitian selanjutnya juga menemukan, vitamin C terutama mendorong penyerapan zat besi non-heme dalam tubuh, sekitar 25 miligram vitamin C dapat mendorong penyerapan zat besi non-heme dalam makanan bertambah 1-2 kali lipat, 200 miligram vitamin C bahkan dapat memperbanyak penyerapan zat besi non-heme 5 hingga 6 kali lipat.
Pasien yang menderita anemia defisiensi besi kalau sering minum teh khususnya teh kental atau minum teh setelah makan, maka, dapat menghalangi penyerapan tubuh akan zat besi dari makanan. Kalau hal itu berlangsung terus, akan mempengaruhi peredaan dan pengobatan gejala anemia. Karena daun teh mengandung banyak asam tanat dan tanin serta materi lainnya. Materi tersebut mudah bersenyawa dengan zat besi dalam makanan di lambung dan usus, sehingga menjadi semacam kompon besi yang tidak dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh manusia, dan mempengaruhi penyerapan dan pemanfaatan zat besi dalam makanan oleh tubuh.
Menurut penelitian, minum teh dapat mengurangi 50 persen ke atas penyerapan zat besi dalam makanan, maka, dianjurkan mereka yang mengidap anemia defisiensi besi sebaiknya tidak minum teh. Selain itu, penderita anemia defisiensi besi kalau sering mengkonsumsi produk teh, seperti kueh kering atau kembang gula dengan ramuan teh juga dapat menghalangi penyerapan dan pemanfaatan zat besi yang terkandung dalam makanan.